بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Sabtu, 26 Oktober 2013

KEMPO

Shorinjikempo.jpg
Shorinji Kempo (少林寺拳法)

FokusStriking
Tingkat kekerasanKontak penuh
Negara asalBendera Jepang Japan
PenciptaDoshin So
Olahraga Olimpiadetidak


 Shorinji Kempo (少林寺拳法) adalah salah satu dari seni beladiri yang berasal dari Jepang. Di Indonesia biasa disebut dengan Kempo saja. Shorinji Kempo diciptakan oleh Doshin So (宗 道臣) pada tahun 1947 sebagai sistem pelatihan dan pengembangan diri (行: gyo atau disiplin dalam bahasa jepang). Kata Shorinji Kempo sendiri berasal dari kata sho = hutan, rin = bambu, ji = kuil, ken = aturan dan kempo bermakna "jalan hidup".
Metode latihannya berdasarkan pada filosofi "jiwa dan tubuh adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan"(心身一如: shinshin ichinyo) dan "melatih tubuh dan jiwa" (拳禅一如: kenzen ichinyo). Dengan cara tersebut Shorinji Kempo mempunyai tiga manfaat yaitu: "pelatihan dan pertahanan diri"(護身錬鍛: goshin rentan), "pelatihan mental" (精神修養: seishin shuyo) dan "meningkatkan kesehatan"(健康増進: kenko zoshin).

Kempo dan Budhisme

Doshin So
Pencipta Shorinji Kempo
Sekilas orang berkesimpulan bahwa bela diri Kempo berasal dari daratan China. Anggapan ini tidaklah semuanya benar. Kira-kira tahun 550 SM, pendeta Buddha yang ke-28, Dharma Taishi, pindah dari tempat tinggalnya di Baramon, India ke daratan China. Beliau menetap di sebuah kuil yang berada di Bukit Siong San. Kuil itu diberi nama Siau Liem Sie atau dikenali dengan nama Shaolin yang terletak di Provinsi Kwa Nam.
Dalam perjalanan dan pengembaraannya selama menyebarkan ajaran agama Budha, Dharma Taishi sering mendapatkan tantangan, ancaman dan hinaan, bahkan nyaris hampir merenggut jiwanya. Dari pengalaman-pengalaman tersebut timbulah anggapan dalam dirinya bahwa seorang calon bhiksu sebaiknya juga melatih ketahanan jasmaninya, disamping membersihkan rohaninya untuk mencapai nirwana setelah bersemedi. Dalam ajaran agama Budha, dikatakan bahwa hidup itu berasal dari "kosong" atau "tiada". Namun oleh Dharma Taishi dilengkapinya, bahwa tidak ada gunanya menjadi "kosong" atau "tiada" atau "suci" jika tidak bisa membela sesama manusia yang ditimpa kemalangan.
Sebelumnya selama di India, Dharma Taishi pernah belajar Indo-Kempo (bela diri India), karena banyaknya tantangan yang dihadapi dalam pengembaraannya di Cina maka ia mempelajari pula berbagai aliran silat China Kuno. Selama bertapa 9 tahun ia bertekad menyusun ilmu bela diri yang akan dimasukkan sebagai syarat dan mata pelajaran bagi calon pendeta Budha. Sejak itu ilmu beladiri yang ditemukannya telah menjadi bagian pendidikan keagamaan yang bersumber pada Zen Budhisme. Dharma tetap beranggapan bahwa semua pengikutnya haruslah berfisik kuat guna melanjutkan usaha menyebarluaskan ajaran agama Budha yang cukup berat itu.
Dalam cerita klasik Cina, sering dijumpai nama Tat Mo Cousu, nama ini tidak lain yang dimaksud adalah Dharma Taishi sendiri, yang menciptakan seni beladiri Shorinji Kempo atau Siauw Liem Sie Kung Fu.

Perang Boxer

Pada tahun 1900-1901, di Cina meletus perlawanan rakyat menentang masuknya kolonialisme barat. Pemberontakan di awal abad ke 20 itu akhirnya menjadi gerakan nasional yang disokong Ratu Tze Sji, yang juga ingin membersihkan tanah airnya dari penjajahan Barat.
Kolonalisme Barat akhirnya dapat mematahkan perlawanan rakyat Cina dengan menggunakan peralatan perang mutakhir. Sementara rakyat Cina kebanyakan hanya melawan dengan mengandalkan tangan dan kaki saja. Perang yang menelan jutaan korban itu terkenal dengan sebutan Perang Boxer. Penjajah mengejar dan membunuh para pengikut Dharma Taishi kemudian melarang organisasinya dan membakar kuil-kuil shaolin.
Bhiksu-bhiksu yang sempat meloloskan diri ke arah timur dan selatan, lalu mengajarkan aliran Shorinji Kempo kepada pedagang-pedagang dari Okinawa, Taiwan dan Muangthai (sekarang: Thailand). Karena tidak teroganisasinya kesatuan, maka penyebaran Shorinji Kempo mulai membentuk seni bela diri baru.
Mereka yang melarikan diri ke Muangthai dengan hanya menguasai teknik Goho (memukul, menendang dan menangkis) mempengaruhi perkembangan bela diri yang ada di negeri tersebut, termasuk Thai Boxing. Ajaran Shorinji Kempo, terutama teknik Goho, juga mempengaruhi seni bela diri yang ada di Okinawa, Jepang. Maka di Okinawa timbullah seni bela diri yang dinamakan Okinawate yang kemudian dkenal dengan nama Karate.
Mereka yang melarikan diri ke pulau-pulau Jepang lainnya dan hanya menguasai teknik Juho (lipatan, kuncian dan bantingan) juga mempengaruhi munculnya seni bela diri yang ada di daerah-daerah tersebut antara lain Jujutsu, Aikido, dan Judo.

Kempo setelah Perang Dunia Kedua

Shorinji Kempo mulai dikembangkan di Jepang setelah usainya Perang Dunia Kedua. Berawal dari seorang pemuda Jepang yang bernama Doshin So. Pada tahun 1928 Doshin dikirim ke Cina dalam pasukan ekspedisi tentara Jepang ke Manchuaria. Karena ia tidak sepaham dengan cara-cara penjajahan Jepang, kemudian melarikan diri dari pasukannya dan mengembara di daratan Tiongkok.
Dalam pengembaraannya ia bertemu dengan pendeta Budha dan akhirnya ia dibawa ke Kuil Siaw Liem Sie, yang sudah diperbaiki oleh penerus-penerus Dharma Taishi. Di kuil ini Doshin So mempelajari ilmu Shorinji Kempo langsung dibawah asuhan mahaguru (sihang) ke-20 yaitu 'Wen Tay Sun. Karena kesetiaannya dan penguasaannya yang sempurna terhadap Shorinji Kempo, maka Doshin So dipercaya menjadi mahaguru ke-21 dan ia memperoleh ijin untuk meninggalkan kuil Shorinji untuk meneruskan ajarannya di daratan Jepang.
Tahun 1945, Doshin So kembali ke Jepang dan membuka Dojo (tempat latihan) tersendiri. Ia memilih kota Tadotsu, yang terletak di Provinsi Kagawa di Pulau Shikoku. Saat ini dikenal sebagai pusat Shorinji Kempo dunia.
Doshin So menggembleng murid-muridnya dengan disiplin yang keras seperti yang dialaminya sendiri. Namun di balik penggemlengan fisik dan mental itu, Guru Besar Shorinji Kempo ini tetap menempatkan seni beladiri ini sebagai pengayom hati dan jiwa dengan penuh rasa damai dan welas asih bagi para pengikutnya. Sebab itulah lambang organisasi Shorinji Kempo menggunakan simbol agama Budha, yaitu Manji, semacam tanda swastika yang berputar ke kiri, yang berarti "kasih sayang dan kekuatan" yang sesuai dengan doktrin Shorinji Kempo.
Dalam tindakan sehari-hari sering diartikan sebagai berikut : "Dimana ada kekuatan harus ada kebijaksanaan dan kebijaksanaan harus disertai kebijaksanaan"

Falsafah Kempo

Karena seni bela diri kempo waktu itu menjadi bagian dari latihan bagi para calon bhiksu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha, yaitu tidak boleh membunuh dan menyakiti, maka semua kenshi (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo, bahwa "perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain". Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan  beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan.


Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman.
 – Doktrin Shorinji Kempo

Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan apabila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan.
Bentuk yang pertama dikenal sebagai Juho dan yang berikutnya sebagai Goho. Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik Goho (keras) dan Juho (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan kuncian.

Lambang Shorinji Kempo

Manji telah digunakan untuk tanda Shorinji Kempo seperti yang digunakan dalam Buddhisme selama berabad-abad. Manji memiliki dua arti yang menjadi satu kesatuan yaitu kasih sayang (menghadap-kiri) dan kekuatan (menghadap-kanan) yang melambangkan ajaran Kongo-zen.
Namun, penyebaran Shorinji Kempo melalui World Shorinji Kempo Organization (WSKO), itu menjadi penghalang besar untuk digunakan. Dalam hal ini, WSKO telah menggunakan surat 拳 (ken) di pusat Tate-Manji (Manji dijaga oleh perisai) pada lambang atau menggunakan Nagare-Manji yang berarti bulat Manji.
Pada tahun 2005, Shorinji Kempo Group menggunakan tanda baru sebagai simbol baru Shorinji Kempo di seluruh dunia, sebagai satu kesatuan.
Tanda baru ini disebut so-en (lingkaran ganda) dan dikatakan bahwa ini adalah bentuk ekstrim dari sepasang Manji. Tanda so-en dikelola dan haknya dilindungi oleh Shorinji Kempo Grup.

Sejarah Shorinji Kempo di Indonesia


Logo Perkemi 2005- Sekarang
Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.

Sepulangnya ke tanah air, mereka bukan saja memperoleh ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan beberapa seni bela diri.

Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama Utin Syahraz mendemonstrasikan Shorinji Kempo. Apa yang didemonstrasikannya itu menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu.

Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu di Indonesia, ketiga pemuda tersebut yaitu Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, akhirnya membentuk suatu organisasi olah raga Shorinji Kempo, yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia) pada tanggal 2 Februari 1966.

Di Indonesia, Perkemi berada dibawah naungan KONI Pusat. Perkemi juga menjadi anggota penuh dari Organiasasi Federasi Shorinji Kempo se-Dunia atau WSKO (World Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang.

Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus berlangsung selama empat tahun.

Pada tahun 1970 diselenggarakan Kejuaraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta, dan pada tahun 1971 diadakan Kejuaraan Kempo antar Perguruan Tinggi yang pertama. Kempo mulai dipertandingkan sejak PON IX tahun 1977 di Jakarta.
Readmore →
Shorinjikempo.jpg
Shorinji Kempo (少林寺拳法)

FokusStriking
Tingkat kekerasanKontak penuh
Negara asalBendera Jepang Japan
PenciptaDoshin So
Olahraga Olimpiadetidak


 Shorinji Kempo (少林寺拳法) adalah salah satu dari seni beladiri yang berasal dari Jepang. Di Indonesia biasa disebut dengan Kempo saja. Shorinji Kempo diciptakan oleh Doshin So (宗 道臣) pada tahun 1947 sebagai sistem pelatihan dan pengembangan diri (行: gyo atau disiplin dalam bahasa jepang). Kata Shorinji Kempo sendiri berasal dari kata sho = hutan, rin = bambu, ji = kuil, ken = aturan dan kempo bermakna "jalan hidup".
Metode latihannya berdasarkan pada filosofi "jiwa dan tubuh adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan"(心身一如: shinshin ichinyo) dan "melatih tubuh dan jiwa" (拳禅一如: kenzen ichinyo). Dengan cara tersebut Shorinji Kempo mempunyai tiga manfaat yaitu: "pelatihan dan pertahanan diri"(護身錬鍛: goshin rentan), "pelatihan mental" (精神修養: seishin shuyo) dan "meningkatkan kesehatan"(健康増進: kenko zoshin).

Kempo dan Budhisme

Doshin So
Pencipta Shorinji Kempo
Sekilas orang berkesimpulan bahwa bela diri Kempo berasal dari daratan China. Anggapan ini tidaklah semuanya benar. Kira-kira tahun 550 SM, pendeta Buddha yang ke-28, Dharma Taishi, pindah dari tempat tinggalnya di Baramon, India ke daratan China. Beliau menetap di sebuah kuil yang berada di Bukit Siong San. Kuil itu diberi nama Siau Liem Sie atau dikenali dengan nama Shaolin yang terletak di Provinsi Kwa Nam.
Dalam perjalanan dan pengembaraannya selama menyebarkan ajaran agama Budha, Dharma Taishi sering mendapatkan tantangan, ancaman dan hinaan, bahkan nyaris hampir merenggut jiwanya. Dari pengalaman-pengalaman tersebut timbulah anggapan dalam dirinya bahwa seorang calon bhiksu sebaiknya juga melatih ketahanan jasmaninya, disamping membersihkan rohaninya untuk mencapai nirwana setelah bersemedi. Dalam ajaran agama Budha, dikatakan bahwa hidup itu berasal dari "kosong" atau "tiada". Namun oleh Dharma Taishi dilengkapinya, bahwa tidak ada gunanya menjadi "kosong" atau "tiada" atau "suci" jika tidak bisa membela sesama manusia yang ditimpa kemalangan.
Sebelumnya selama di India, Dharma Taishi pernah belajar Indo-Kempo (bela diri India), karena banyaknya tantangan yang dihadapi dalam pengembaraannya di Cina maka ia mempelajari pula berbagai aliran silat China Kuno. Selama bertapa 9 tahun ia bertekad menyusun ilmu bela diri yang akan dimasukkan sebagai syarat dan mata pelajaran bagi calon pendeta Budha. Sejak itu ilmu beladiri yang ditemukannya telah menjadi bagian pendidikan keagamaan yang bersumber pada Zen Budhisme. Dharma tetap beranggapan bahwa semua pengikutnya haruslah berfisik kuat guna melanjutkan usaha menyebarluaskan ajaran agama Budha yang cukup berat itu.
Dalam cerita klasik Cina, sering dijumpai nama Tat Mo Cousu, nama ini tidak lain yang dimaksud adalah Dharma Taishi sendiri, yang menciptakan seni beladiri Shorinji Kempo atau Siauw Liem Sie Kung Fu.

Perang Boxer

Pada tahun 1900-1901, di Cina meletus perlawanan rakyat menentang masuknya kolonialisme barat. Pemberontakan di awal abad ke 20 itu akhirnya menjadi gerakan nasional yang disokong Ratu Tze Sji, yang juga ingin membersihkan tanah airnya dari penjajahan Barat.
Kolonalisme Barat akhirnya dapat mematahkan perlawanan rakyat Cina dengan menggunakan peralatan perang mutakhir. Sementara rakyat Cina kebanyakan hanya melawan dengan mengandalkan tangan dan kaki saja. Perang yang menelan jutaan korban itu terkenal dengan sebutan Perang Boxer. Penjajah mengejar dan membunuh para pengikut Dharma Taishi kemudian melarang organisasinya dan membakar kuil-kuil shaolin.
Bhiksu-bhiksu yang sempat meloloskan diri ke arah timur dan selatan, lalu mengajarkan aliran Shorinji Kempo kepada pedagang-pedagang dari Okinawa, Taiwan dan Muangthai (sekarang: Thailand). Karena tidak teroganisasinya kesatuan, maka penyebaran Shorinji Kempo mulai membentuk seni bela diri baru.
Mereka yang melarikan diri ke Muangthai dengan hanya menguasai teknik Goho (memukul, menendang dan menangkis) mempengaruhi perkembangan bela diri yang ada di negeri tersebut, termasuk Thai Boxing. Ajaran Shorinji Kempo, terutama teknik Goho, juga mempengaruhi seni bela diri yang ada di Okinawa, Jepang. Maka di Okinawa timbullah seni bela diri yang dinamakan Okinawate yang kemudian dkenal dengan nama Karate.
Mereka yang melarikan diri ke pulau-pulau Jepang lainnya dan hanya menguasai teknik Juho (lipatan, kuncian dan bantingan) juga mempengaruhi munculnya seni bela diri yang ada di daerah-daerah tersebut antara lain Jujutsu, Aikido, dan Judo.

Kempo setelah Perang Dunia Kedua

Shorinji Kempo mulai dikembangkan di Jepang setelah usainya Perang Dunia Kedua. Berawal dari seorang pemuda Jepang yang bernama Doshin So. Pada tahun 1928 Doshin dikirim ke Cina dalam pasukan ekspedisi tentara Jepang ke Manchuaria. Karena ia tidak sepaham dengan cara-cara penjajahan Jepang, kemudian melarikan diri dari pasukannya dan mengembara di daratan Tiongkok.
Dalam pengembaraannya ia bertemu dengan pendeta Budha dan akhirnya ia dibawa ke Kuil Siaw Liem Sie, yang sudah diperbaiki oleh penerus-penerus Dharma Taishi. Di kuil ini Doshin So mempelajari ilmu Shorinji Kempo langsung dibawah asuhan mahaguru (sihang) ke-20 yaitu 'Wen Tay Sun. Karena kesetiaannya dan penguasaannya yang sempurna terhadap Shorinji Kempo, maka Doshin So dipercaya menjadi mahaguru ke-21 dan ia memperoleh ijin untuk meninggalkan kuil Shorinji untuk meneruskan ajarannya di daratan Jepang.
Tahun 1945, Doshin So kembali ke Jepang dan membuka Dojo (tempat latihan) tersendiri. Ia memilih kota Tadotsu, yang terletak di Provinsi Kagawa di Pulau Shikoku. Saat ini dikenal sebagai pusat Shorinji Kempo dunia.
Doshin So menggembleng murid-muridnya dengan disiplin yang keras seperti yang dialaminya sendiri. Namun di balik penggemlengan fisik dan mental itu, Guru Besar Shorinji Kempo ini tetap menempatkan seni beladiri ini sebagai pengayom hati dan jiwa dengan penuh rasa damai dan welas asih bagi para pengikutnya. Sebab itulah lambang organisasi Shorinji Kempo menggunakan simbol agama Budha, yaitu Manji, semacam tanda swastika yang berputar ke kiri, yang berarti "kasih sayang dan kekuatan" yang sesuai dengan doktrin Shorinji Kempo.
Dalam tindakan sehari-hari sering diartikan sebagai berikut : "Dimana ada kekuatan harus ada kebijaksanaan dan kebijaksanaan harus disertai kebijaksanaan"

Falsafah Kempo

Karena seni bela diri kempo waktu itu menjadi bagian dari latihan bagi para calon bhiksu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha, yaitu tidak boleh membunuh dan menyakiti, maka semua kenshi (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo, bahwa "perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain". Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan  beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan.


Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman.
 – Doktrin Shorinji Kempo

Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan apabila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan.
Bentuk yang pertama dikenal sebagai Juho dan yang berikutnya sebagai Goho. Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik Goho (keras) dan Juho (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan kuncian.

Lambang Shorinji Kempo

Manji telah digunakan untuk tanda Shorinji Kempo seperti yang digunakan dalam Buddhisme selama berabad-abad. Manji memiliki dua arti yang menjadi satu kesatuan yaitu kasih sayang (menghadap-kiri) dan kekuatan (menghadap-kanan) yang melambangkan ajaran Kongo-zen.
Namun, penyebaran Shorinji Kempo melalui World Shorinji Kempo Organization (WSKO), itu menjadi penghalang besar untuk digunakan. Dalam hal ini, WSKO telah menggunakan surat 拳 (ken) di pusat Tate-Manji (Manji dijaga oleh perisai) pada lambang atau menggunakan Nagare-Manji yang berarti bulat Manji.
Pada tahun 2005, Shorinji Kempo Group menggunakan tanda baru sebagai simbol baru Shorinji Kempo di seluruh dunia, sebagai satu kesatuan.
Tanda baru ini disebut so-en (lingkaran ganda) dan dikatakan bahwa ini adalah bentuk ekstrim dari sepasang Manji. Tanda so-en dikelola dan haknya dilindungi oleh Shorinji Kempo Grup.

Sejarah Shorinji Kempo di Indonesia


Logo Perkemi 2005- Sekarang
Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.

Sepulangnya ke tanah air, mereka bukan saja memperoleh ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan beberapa seni bela diri.

Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama Utin Syahraz mendemonstrasikan Shorinji Kempo. Apa yang didemonstrasikannya itu menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu.

Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu di Indonesia, ketiga pemuda tersebut yaitu Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, akhirnya membentuk suatu organisasi olah raga Shorinji Kempo, yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia) pada tanggal 2 Februari 1966.

Di Indonesia, Perkemi berada dibawah naungan KONI Pusat. Perkemi juga menjadi anggota penuh dari Organiasasi Federasi Shorinji Kempo se-Dunia atau WSKO (World Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang.

Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus berlangsung selama empat tahun.

Pada tahun 1970 diselenggarakan Kejuaraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta, dan pada tahun 1971 diadakan Kejuaraan Kempo antar Perguruan Tinggi yang pertama. Kempo mulai dipertandingkan sejak PON IX tahun 1977 di Jakarta.
Readmore →
Shorinjikempo.jpg
Shorinji Kempo (少林寺拳法)

FokusStriking
Tingkat kekerasanKontak penuh
Negara asalBendera Jepang Japan
PenciptaDoshin So
Olahraga Olimpiadetidak


 Shorinji Kempo (少林寺拳法) adalah salah satu dari seni beladiri yang berasal dari Jepang. Di Indonesia biasa disebut dengan Kempo saja. Shorinji Kempo diciptakan oleh Doshin So (宗 道臣) pada tahun 1947 sebagai sistem pelatihan dan pengembangan diri (行: gyo atau disiplin dalam bahasa jepang). Kata Shorinji Kempo sendiri berasal dari kata sho = hutan, rin = bambu, ji = kuil, ken = aturan dan kempo bermakna "jalan hidup".
Metode latihannya berdasarkan pada filosofi "jiwa dan tubuh adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan"(心身一如: shinshin ichinyo) dan "melatih tubuh dan jiwa" (拳禅一如: kenzen ichinyo). Dengan cara tersebut Shorinji Kempo mempunyai tiga manfaat yaitu: "pelatihan dan pertahanan diri"(護身錬鍛: goshin rentan), "pelatihan mental" (精神修養: seishin shuyo) dan "meningkatkan kesehatan"(健康増進: kenko zoshin).

Kempo dan Budhisme

Doshin So
Pencipta Shorinji Kempo
Sekilas orang berkesimpulan bahwa bela diri Kempo berasal dari daratan China. Anggapan ini tidaklah semuanya benar. Kira-kira tahun 550 SM, pendeta Buddha yang ke-28, Dharma Taishi, pindah dari tempat tinggalnya di Baramon, India ke daratan China. Beliau menetap di sebuah kuil yang berada di Bukit Siong San. Kuil itu diberi nama Siau Liem Sie atau dikenali dengan nama Shaolin yang terletak di Provinsi Kwa Nam.
Dalam perjalanan dan pengembaraannya selama menyebarkan ajaran agama Budha, Dharma Taishi sering mendapatkan tantangan, ancaman dan hinaan, bahkan nyaris hampir merenggut jiwanya. Dari pengalaman-pengalaman tersebut timbulah anggapan dalam dirinya bahwa seorang calon bhiksu sebaiknya juga melatih ketahanan jasmaninya, disamping membersihkan rohaninya untuk mencapai nirwana setelah bersemedi. Dalam ajaran agama Budha, dikatakan bahwa hidup itu berasal dari "kosong" atau "tiada". Namun oleh Dharma Taishi dilengkapinya, bahwa tidak ada gunanya menjadi "kosong" atau "tiada" atau "suci" jika tidak bisa membela sesama manusia yang ditimpa kemalangan.
Sebelumnya selama di India, Dharma Taishi pernah belajar Indo-Kempo (bela diri India), karena banyaknya tantangan yang dihadapi dalam pengembaraannya di Cina maka ia mempelajari pula berbagai aliran silat China Kuno. Selama bertapa 9 tahun ia bertekad menyusun ilmu bela diri yang akan dimasukkan sebagai syarat dan mata pelajaran bagi calon pendeta Budha. Sejak itu ilmu beladiri yang ditemukannya telah menjadi bagian pendidikan keagamaan yang bersumber pada Zen Budhisme. Dharma tetap beranggapan bahwa semua pengikutnya haruslah berfisik kuat guna melanjutkan usaha menyebarluaskan ajaran agama Budha yang cukup berat itu.
Dalam cerita klasik Cina, sering dijumpai nama Tat Mo Cousu, nama ini tidak lain yang dimaksud adalah Dharma Taishi sendiri, yang menciptakan seni beladiri Shorinji Kempo atau Siauw Liem Sie Kung Fu.

Perang Boxer

Pada tahun 1900-1901, di Cina meletus perlawanan rakyat menentang masuknya kolonialisme barat. Pemberontakan di awal abad ke 20 itu akhirnya menjadi gerakan nasional yang disokong Ratu Tze Sji, yang juga ingin membersihkan tanah airnya dari penjajahan Barat.
Kolonalisme Barat akhirnya dapat mematahkan perlawanan rakyat Cina dengan menggunakan peralatan perang mutakhir. Sementara rakyat Cina kebanyakan hanya melawan dengan mengandalkan tangan dan kaki saja. Perang yang menelan jutaan korban itu terkenal dengan sebutan Perang Boxer. Penjajah mengejar dan membunuh para pengikut Dharma Taishi kemudian melarang organisasinya dan membakar kuil-kuil shaolin.
Bhiksu-bhiksu yang sempat meloloskan diri ke arah timur dan selatan, lalu mengajarkan aliran Shorinji Kempo kepada pedagang-pedagang dari Okinawa, Taiwan dan Muangthai (sekarang: Thailand). Karena tidak teroganisasinya kesatuan, maka penyebaran Shorinji Kempo mulai membentuk seni bela diri baru.
Mereka yang melarikan diri ke Muangthai dengan hanya menguasai teknik Goho (memukul, menendang dan menangkis) mempengaruhi perkembangan bela diri yang ada di negeri tersebut, termasuk Thai Boxing. Ajaran Shorinji Kempo, terutama teknik Goho, juga mempengaruhi seni bela diri yang ada di Okinawa, Jepang. Maka di Okinawa timbullah seni bela diri yang dinamakan Okinawate yang kemudian dkenal dengan nama Karate.
Mereka yang melarikan diri ke pulau-pulau Jepang lainnya dan hanya menguasai teknik Juho (lipatan, kuncian dan bantingan) juga mempengaruhi munculnya seni bela diri yang ada di daerah-daerah tersebut antara lain Jujutsu, Aikido, dan Judo.

Kempo setelah Perang Dunia Kedua

Shorinji Kempo mulai dikembangkan di Jepang setelah usainya Perang Dunia Kedua. Berawal dari seorang pemuda Jepang yang bernama Doshin So. Pada tahun 1928 Doshin dikirim ke Cina dalam pasukan ekspedisi tentara Jepang ke Manchuaria. Karena ia tidak sepaham dengan cara-cara penjajahan Jepang, kemudian melarikan diri dari pasukannya dan mengembara di daratan Tiongkok.
Dalam pengembaraannya ia bertemu dengan pendeta Budha dan akhirnya ia dibawa ke Kuil Siaw Liem Sie, yang sudah diperbaiki oleh penerus-penerus Dharma Taishi. Di kuil ini Doshin So mempelajari ilmu Shorinji Kempo langsung dibawah asuhan mahaguru (sihang) ke-20 yaitu 'Wen Tay Sun. Karena kesetiaannya dan penguasaannya yang sempurna terhadap Shorinji Kempo, maka Doshin So dipercaya menjadi mahaguru ke-21 dan ia memperoleh ijin untuk meninggalkan kuil Shorinji untuk meneruskan ajarannya di daratan Jepang.
Tahun 1945, Doshin So kembali ke Jepang dan membuka Dojo (tempat latihan) tersendiri. Ia memilih kota Tadotsu, yang terletak di Provinsi Kagawa di Pulau Shikoku. Saat ini dikenal sebagai pusat Shorinji Kempo dunia.
Doshin So menggembleng murid-muridnya dengan disiplin yang keras seperti yang dialaminya sendiri. Namun di balik penggemlengan fisik dan mental itu, Guru Besar Shorinji Kempo ini tetap menempatkan seni beladiri ini sebagai pengayom hati dan jiwa dengan penuh rasa damai dan welas asih bagi para pengikutnya. Sebab itulah lambang organisasi Shorinji Kempo menggunakan simbol agama Budha, yaitu Manji, semacam tanda swastika yang berputar ke kiri, yang berarti "kasih sayang dan kekuatan" yang sesuai dengan doktrin Shorinji Kempo.
Dalam tindakan sehari-hari sering diartikan sebagai berikut : "Dimana ada kekuatan harus ada kebijaksanaan dan kebijaksanaan harus disertai kebijaksanaan"

Falsafah Kempo

Karena seni bela diri kempo waktu itu menjadi bagian dari latihan bagi para calon bhiksu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha, yaitu tidak boleh membunuh dan menyakiti, maka semua kenshi (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo, bahwa "perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain". Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan  beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan.


Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman.
 – Doktrin Shorinji Kempo

Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan apabila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan.
Bentuk yang pertama dikenal sebagai Juho dan yang berikutnya sebagai Goho. Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik Goho (keras) dan Juho (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan kuncian.

Lambang Shorinji Kempo

Manji telah digunakan untuk tanda Shorinji Kempo seperti yang digunakan dalam Buddhisme selama berabad-abad. Manji memiliki dua arti yang menjadi satu kesatuan yaitu kasih sayang (menghadap-kiri) dan kekuatan (menghadap-kanan) yang melambangkan ajaran Kongo-zen.
Namun, penyebaran Shorinji Kempo melalui World Shorinji Kempo Organization (WSKO), itu menjadi penghalang besar untuk digunakan. Dalam hal ini, WSKO telah menggunakan surat 拳 (ken) di pusat Tate-Manji (Manji dijaga oleh perisai) pada lambang atau menggunakan Nagare-Manji yang berarti bulat Manji.
Pada tahun 2005, Shorinji Kempo Group menggunakan tanda baru sebagai simbol baru Shorinji Kempo di seluruh dunia, sebagai satu kesatuan.
Tanda baru ini disebut so-en (lingkaran ganda) dan dikatakan bahwa ini adalah bentuk ekstrim dari sepasang Manji. Tanda so-en dikelola dan haknya dilindungi oleh Shorinji Kempo Grup.

Sejarah Shorinji Kempo di Indonesia


Logo Perkemi 2005- Sekarang
Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.

Sepulangnya ke tanah air, mereka bukan saja memperoleh ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan beberapa seni bela diri.

Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama Utin Syahraz mendemonstrasikan Shorinji Kempo. Apa yang didemonstrasikannya itu menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu.

Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu di Indonesia, ketiga pemuda tersebut yaitu Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, akhirnya membentuk suatu organisasi olah raga Shorinji Kempo, yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia) pada tanggal 2 Februari 1966.

Di Indonesia, Perkemi berada dibawah naungan KONI Pusat. Perkemi juga menjadi anggota penuh dari Organiasasi Federasi Shorinji Kempo se-Dunia atau WSKO (World Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang.

Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus berlangsung selama empat tahun.

Pada tahun 1970 diselenggarakan Kejuaraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta, dan pada tahun 1971 diadakan Kejuaraan Kempo antar Perguruan Tinggi yang pertama. Kempo mulai dipertandingkan sejak PON IX tahun 1977 di Jakarta.
Readmore →

KENDO

Berkas:Kendo.JPGKendo (剣道 kendō) adalah seni beladiri modern dari Jepang yang menggunakan pedang. Kendo berasal dari kata "ken (剣)" yang artinya "pedang", dan "dō (道)" yang artinya "jalan". Jadi arti kendo secara keseluruhan adalah suatu jalan/ proses disiplin diri yang membentuk suatu pribadi samurai yang pemberani dan loyal. Kendo menggabungkan unsur-unsur beladiri, seni dan olahraga. Dalam latihan, Kendo menggunakan peralatan seperti: 
  • Seragam: Kendo gi dan hakama
  • Pedang dari bambu (shinai) 
  • Bogu, yang terdiri dari:
    • Men (pelindung kepala)
    • Do (pelindung badan)
    • Kote (pelindung tangan)
    • Tare (pelindung paha dan kemaluan)
Latihan kendo (keiko) terdiri dari berbagai macam tujuan untuk mengembangkan diri. Seperti halnya bela diri lain, kendo memerlukan disiplin tinggi dan dedikasi penuh untuk latihan, seperti etika (religi), postur tubuh dan teknik melangkah, dan cara mengayun pedang yang benar.



Teknik kendo

Ada 4 jenis serangan dalam kendo, yaitu:
  • 1. Men
    • Tebasan kepala. Sasaran tebasannya adalah dari ujung dahi sampai dagu.
  • 2. Kote
    • Tebasan tangan. Jika lawan menggunakan chudan-no-kamae, maka sasaran adalah tangan kanan, tetapi jika lawan menggunakan jodan-no-kamae, sasarannya adalah tangan kiri. Jika lawan menggunakan dua pedang (nito-ryu), maka kedua lengan dapat dijadikan sasaran.
  • 3. Do
    • Tebasan badan. Sasarannya adalah sisi kiri atau kanan perut.
  • 4. Tsuki
    • Tusukan. Sasarannya hanyalah leher.
      • Untuk teknik tsuki, sangat diperlukan keahlian tinggi dan pengaturan sasaran tusukan yang tepat, oleh karena itu jurus ini hanya boleh digunakan oleh anggota senior, dan tidak disarankan untuk digunakan pada saat pertandingan, kecuali telah disetujui oleh pelatih (sensei).
Berikut ini adalah beberapa teknik latihan kendo:
  • Ashi-sabaki (teknik melangkah)
    • Ayumi-ashi (melangkah ke depan dengan menyeretkan kaki secara bergantian)
    • Haraki-ashi (melangkah ke kiri atau ke kanan dengan menyeretkan kaki sebesar 45 derajat)
    • Okuri-ashi (melangkah ke depan dengan menyeretkan kaki; kaki kanan selalu berada di depan kaki kiri. Langkah ini adalah langkah yang paling banyak digunakan dalam latihan kendo)
  • Kihon (teknik dasar)
    • Seme (bergerak maju mendekati lawan, mengambil posisi untuk melakukan tebasan kecil)
    • Suburi (latihan tebasan berulang-ulang, seperti joge burisho-menkote, dan do)
    • Joge buri (tebasan besar, dimulai dari punggung sampai ke arah lantai)
    • Sa-yu men (pukulan men yang diarahkan ke kanan dan ke kiri, sasarannya adalah pelipis kepala)
    • Shomen (tebasan kepala)
    • Nikkado men (tebasan kepala dua kali berturut-turut)
    • Haya suburi (tebasan cepat yang dilakukan sambil melompat)
    • Kiri kaeshi (tebasan kepala berulang-ulang ke kanan dan kiri ke arah pelipis lawan, yang dimulai dari gerakan men biasa satu kali, kemudian sa-yu-men ke depan sebanyak empat kali, dilanjutkan sa-yu-men ke belakang sebanyak lima kali, diakhiri dengan men biasa satu kali)
  • Waza (teknik lanjutan)
    • Taiatari (teknik mendekati dan mendorong tubuh lawan)
    • Tsuba zeriai (teknik menghambat gerakan shinai lawan dengan menggunakan tsuba pada shinai)
    • De-bana (teknik menyerang pada saat lawan hendak memulai serangan)
    • Harai (teknik menggeser shinai lawan ke kiri atau ke kanan untuk membuka pertahanan lawan, kemudian dilanjutkan dengan tebasan)
    • Hiki (teknik melangkah ke belakang (setelah berbenturan badan atau taiatari)
    • Kaeshi (menangkis kemudian membalikkan serangan)
    • Nuki (teknik menghindari serangan dengan melangkah ke belakang atau ke sisi lawan, kemudian melakukan serangan balik ke lawan)
    • Suriage (teknik menangkis serangan dengan gerakan seperti membentuk huruf "J", kemudian dilanjutkan dengan serangan balik ke lawan)
  • Keiko (latihan)
    • Uchikomi-geiko (latihan serangan kombinasi, dimulai dengan men, dilanjutkan dengan mentaiatari-hiki-mentaiatari-hiki-do, kemudian men)
    • Kakari-geiko (latihan serangan bebas, dilakukan oleh shidachimotodachi hanya mengangkis atau menghindari serangan saja)
    • Jigeiko (latihan tanding secara bebas)
    • Shiai-geiko (latihan kompetisi/pertandingan)

Kejuaraan kendo

Seperti halnya bela diri lainnya, kendo juga dipertandingkan baik secara nasional maupun internasional. Pertandingan kendo (shiai) merupakan pertandingan satu lawan satu, baik pertandingan antar laki-laki atau perempuan.
Poin pertandingan adalah jika serangan mengenai target sasaran (men/kote/do/tsuki) yang dilakukan dengan kesatuan antara semangat, pedang, dan tubuh (ki-ken-tai-ichi). Ini berarti agar suatu serangan bisa mendapatkan nilai, maka serangan tersebut harus mengenai sasaran yang tepat, disertai dengan langkah maju setelah serangan dilakukan (zanshin) dan teriakan sebagai bentuk ekspresi dari (kiai).
Readmore →

JUDO



Judo (柔道) adalah seni bela diri, olahraga, dan filosofi yang berakar dari Jepang. Judo dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu. Jujutsu yang merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong maupun senjata pendek, dikembangkan menjadi Judo oleh Kano Jigoro (嘉納治五郎) pada 1882. Olahraga ini menjadi model dari seni bela diri Jepang, gendai budo, dikembangkan dari sekolah (koryu) tua. Pemain judo disebut judoka atau pejudo. Judo sekarang merupakan sebuah cabang bela diri yang populer, bahkan telah menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade.



Sebelum Judo


Pegulat sumo zaman dahulu kala menjatuhkan lawannya tanpa senjata. Hal ini menginspirasikan teknik-teknik bela diri jujutsu. Sumo pada awalnya hanya dinikmati kaum aristokrat sebagai ritual atau upacara keagamaan pada zaman Heian (abad ke-8 hingga abad ke-12).
Pada perkembangannya, Jepang memasuki masa-masa perang di mana kaum aristokrat digeser kedudukannya oleh kaum militer. Demikian pula olahraga yang sebelumnya hanya dijadikan hiburan, oleh kaum militer dijadikan untuk latihan para tentara. Pada masa inilah teknik jujutsu dikembangkan di medan pertempuran. Para prajurit bertempur tanpa senjata atau dengan senjata pendek. Teknik menjatuhkan lawan atau melumpuhkan lawan inilah yang dikenal dengan nama jujutsu.

Pada zaman Edo (abad ke-17 hingga abad ke-19) di mana keadaan Jepang relatif aman, jujutsu dikembangkan menjadi seni bela diri untuk melatih tubuh bagi masyarakat kelas ksatria. Gaya-gaya jujutsu yang berbeda-beda mulai muncul, antara lain Takenouchi, Susumihozan, Araki, Sekiguchi, Kito, dan Tenjinshin'yo.


Awal mula Judo


Jigoro Kano menambahkan gayanya sendiri pada banyak cabang jujutsu yang ia pelajari pada masa itu (termasuk Tenjinshiyo dan Kito). Pada tahun 1882 ia mendirikan sebuah dojo di Tokyo yang ia sebut Kodokan Judo. Dojo pertama ini didirikan di kuil Eisho ji, dengan jumlah murid sembilan orang.

Tujuan utama jujutsu adalah penguasaan teknik menyerang dan bertahan. Kano mengadaptasi tujuan ini, tapi lebih mengutamakan sistem pengajaran dan pembelajaran. Ia mengembangkan tiga target spesifik untuk judo: latihan fisik, pengembangan mental / roh, dan kompetisi di pertandingan-pertandingan.


Judoka perempuan


Kaum perempuan pertama kali diterima sebagai judoka pada tahun 1893, walaupun pada saat itu kaum olahragawati dianggap sebelah mata di dalam struktur masyarakat Jepang. Meskipun demikian, kemajuan yang dramatis ini hanya berlangsung sebentar, karena pada hakekatnya mereka masih dijauhkan dari pertandingan-pertandingan resmi, dengan alasan keselamatan fisik.
Setelah Perang Dunia II, judo bagi laki-laki dan perempuan diperkenalkan keluar Jepang. Persatuan Judo Eropa dibentuk pada tahun 1948, diikuti dengan pembentukan Federasi Internasional Judo pada tahun 1951. Judo menjadi salah satu cabang olahraga resmi Olimpiade pada Olimpiade Tokyo 1964 di Tokyo, Jepang. Judoka perempuan pertama kali berlaga di Olimpiade pada Olimpiade Barcelona 1982 di Barcelona, Spanyol.


Tingkatan Judo dan warna ikat pinggang


Dimulai dari kelas pemula (shoshinsha) seorang judoka mulai menggunakan ikat pinggang dan disebut berada di tingkatan kyu kelima. Dari sana, seorang judoka naik tingkat menjadi kyu keempat, ketiga, kedua, dan akhirnya kyu pertama. Setelah itu sistem penomoran dibalik menjadi dan pertama (shodan), kedua, dan seterusnya hingga dan kesepuluh, yang merupakan tingkatan tertinggi di judo. Meskipun demikian, sang pendiri, Kano Jigoro, mengatakan bahwa tingkatan judo tidak dibatasi hingga dan kesepuluh, dan hingga saat ini karena hanya ada 15 orang yang pernah sampai ke tingkat dan kesepuluh, maka tidak ada yang pernah melampaui tingkat tersebut.

Warna ikat pinggang menunjukkan tingkatan kyu ataupun dan. Pemula, kyu kelima dan keempat menggunakan warna putih; kyu ketiga, kedua, dan pertama menggunakan warna cokelat; warna hitam dipakai oleh judoka yang sudah mencapai tahapan dan, mulai dari shodan, atau dan pertama, hingga dan kelima. Judoka dengan tingkatan dan keenam hingga dan kesembilan menggunakan ikat pinggang kotak-kotak bewarna merah dan putih, walaupun kadang-kadang juga menggunakan warna hitam. Tingkatan teratas, dan kesepuluh, menggunakan ikat-pinggang merah-putih atau merah. Judoka perempuan yang telah mencapai tahap dan keatas memiliki garis putih yang memanjang di bagian tengah ikat pinggang hitam mereka.


Lantai Judo


Pertandingan judo diselenggarakan di atas karpet atau matras (tatami) berbentuk segi empat (belah ketupat) dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang 8 tatami yang dijajarkan. Selain dialasi matras, kebanyakan dojo judo sekarang menggunakan pegas di bawah lantai palsu, untuk menahan benturan akibat bantingan.

Di awal pertandingan, kedua judoka berdiri di tengah-tengah tepat di belakang garis sejajar dengan diawasi oleh juri. Sebelum dimulai, kedua judoka tersebut menunduk memberi hormat satu sama lain dari belakang garis. Di sudut atas dan bawah belah ketupat duduk dua orang hakim, dan di belakang masing-masing judoka, di luar arena yang dibatasi matras, duduk judoka-judoka dari regu yang sama, dan duduk pula seorang pencatat waktu dan seorang pencatat nilai.

Pertandingan diselenggarakan di dalam arena di dalam matras yang dibatasi oleh (dan termasuk didalamnya) garis merah (jonai). Luas arena tersebut adalah 9,1 meter persegi dan terdiri dari 50 tatami. Waza atau teknik judo yang dipakai di arena diluar garis merah (jogai) tersebut dianggap tidak sah dan tidak dihitung.


Seragam Judo:


*Seragam (gi) longgar yang dikenakan seorang judoka (judogi) harus sesuai ukurannya.
*Jaket, bagian bawah jaket menutupi pantat ketika ikat pinggang dikenakan. Antara ujung lengan dengan pergelangan tangan selisih 5-8 cm. Lengan baju panjangnya sedikit lebihnya dari dua pertiga panjang lengan. Karena jaket ini dirancang untuk menahan benturan tubuh akibat dibanting ke lantai, maka bahannya umumnya lebih tebal dari seragam karate (karategi) atau bela diri yang lain
*Ikat pinggang, ikat pinggang harus cukup panjang sehingga menyisakan 20-30 cm menjuntai pada masing-masing sisi.
Celana, celana yang dipakai sedikit longgar. Antara ujung celana dengan pergelangan kaki selisih 5-8 cm. Celana panjangnya sedikit lebihnya dari dua pertiga panjang kaki.


Mengenakan seragam


Celana dikenakan dan tali celana dikencangkan. Jaket kemudian dikenakan dengan sisi kiri di atas sisi kanan. Kenakan ikat pinggang dengan cara meletakkan tengah-tengah sabuk di depan perut, kemudian kedua ujung sabuk diputar melingkar di belakang pinggang kembali ke depan; pegang kedua ujung sabuk, lalu talikan dengan kedua ujung berakhir secara horisontal. Talikan dengan kencang sehingga tidak lepas pada saat pertandingan.


Peraturan pertandingan


Pertandingan judo diadakan antara perorangan dan juga beregu. Beberapa kompetisi membagi pertandingan menjadi 8 kategori, berdasarkan berat tubuh. Kompetisi lain membagi pertandingan berdasarkan tingkatan dan, umur, dan lain-lain. Ada juga yang tidak mengenal pembagian apapun.

Satu pertandingan judo berlangsung selama 3-20 menit. Pemenang ditentukan dengan jalan judoka pertama yang meraih satu angka, baik dengan bantingan maupun kuncian. Jika setelah waktu yang ditentukan tidak ada pemain yang memperoleh satu angka, pemain dengan nilai lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir seri.

Judo, sebagaimana olahraga lain dari Jepang, diselenggarakan dengan penuh tata krama. Kedua judoka membungkuk memberi hormat satu sama lain pada awal dan akhir pertandingan.

Awal pertandingan 

Judoka menghadap satu sama lain, meluruskan telapak kaki mereka di belakang garis masing-masing di tengah-tengah arena dan berdiri tegak lurus. Lalu mereka saling membungkuk pada saat yang sama. Kemudian mereka maju satu langkah, diawali dengan kaki kiri, dan berdiri dengan posisi kuda-kuda alami (shizen hon tai). Sang juri atau wasit lalu berkata "Mulai" (Hajime) dan pertandingan pun dimulai.

Akhir pertandingan

Kedua judoka kembali dalam posisi kuda-kuda alami dan menghadap satu sama lain satu langkah di depan garis mereka masing-masing. Juri kemudian mengumumkan hasil pertandingan, dan kedua kontestan mundur selangkah ke belakang garis dimulai dengan kaki kanan. Mereka lalu membungkuk lagi dan keluar dari arena.

Sistem penilaian

-Satu angka (ippon) dapat diperoleh dengan jalan:
*Bantingan (nage waza): Jika judoka dapat mengungguli teknik lawan dengan membantingnya dengan tenaga dan kecepatan dengan punggung membentur lantai terlebih dahulu.
*Kuncian (katame waza): Jika judoka berhasil mengunci lawan sehingga ia mengucapkan kata "Aku menyerah!" (maitta), atau menepuk lantai dua kali dengan tangan atau kaki, pingsan, atau jika kuncian tersebut berlangsung paling sedikit 30 detik (osae waza) dan diumumkan bahwa pertandingan berakhir (osae komi)
-Setengah angka (waza ari) dapat diperoleh dengan cara:
*Bantingan: Jika teknik judoka cukup bagus namun tidak sampai layak untuk menerima angka penuh.
*Kuncian: Jika judoka berhasil mengunci lawannya selama paling tidak 25 detik.
-Dua waza ari berarti satu angka, namun setengah angka saja tidak cukup untuk menentukan seorang pemenang, maka oleh para perancang pertandingan dibuatlah sistem angka tambahan.
-Tambahan (yuko dan koka) yang tidak peduli berapapun tidak akan mengungguli satu 'Setengah-angka', namun dapat menjadi penentu jika masing masing judoka memperoleh nilai yang sama (1W1Y0K - 1 Waza dan 1 Yuko menang melawan 1W0Y9K - 1 Waza dan 9 Koka). Angka tambahan ini diperoleh jika teknik yang diperagakan tidak cukup bagus untuk memperoleh nilai setengah (yuko) atau tidak cukup bagus untuk memperoleh yuko (koka). Tidak jarang suatu pertandingan ditentukan dengan banyaknya yuko dan koka yang diperoleh (karena satu angka otomatis menang dan dua setengah-angka juga otomatis menang)
-Jika jumlah nilai yang diperoleh kedua judoka sama, maka kadang-kadang suatu pertandingan menggunakan sistem pemungutan suara antara kedua hakim sudut dan juri (dengan total tiga suara).


Teknik terlarang

Teknik-teknik atau waza yang berbahaya tidak diijinkan penggunaannya. Total teknik terlarang berjumlah 31 (32 untuk perempuan). Judoka akan dikenai empat tingkatan sanksi, tergantung seberapa berat pelanggaran yang dilakukan. Untuk tiap-tiap jenis pelanggaran, pertandingan dihentikan sejenak dan kedua judoka kembali ke garis masing-masing.
Pelanggaran ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika melakukannya untuk kedua kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan dengan satu koka. Beberapa tindakan yang akan mendapat peringatan:

  • *Seorang judoka kehilangan semangat bertarung dan tidak menyerang selama lebih dari 30 detik
  • *Melepas ikat pinggang lawan atau ikat pinggang sendiri tanpa izin dari juri
  • *Melilit tangan lawan dengan ujung ikat pinggang (atau ujung baju)
  • *Memelintir atau berpegang pada ujung lengan baju maupun celana lawan
  • *Memasukkan bagian seragam lawan manapun ke dalam mulut (menggigit seragam lawan)
  • *Menyentuh wajah lawan dengan bagian tangan atau kaki manapun
  • *Menarik rambut lawan
  • *Mengunci telapak tangan lawan dengan telapak tangan sendiri selama lebih dari 6 detik dalam posisi berdiri


Pelanggaran kecil (chui) adalah peringatan untuk pelanggaran yang lebih berat dari pelanggaran ringan. Pelanggaran ini memiliki efek negatif sebesar yuko Beberapa contohnya sebagai berikut:

  • *Memasukkan bagian kaki manapun ke seragam lawan, baik ikat pinggang maupun jaket, selama kuncian dilakukan lawan
  • *Mencoba mematahkan jari lawan untuk melepaskan genggaman lawan
  • *Menendang tangan lawan dengan kaki atau lutut untuk lepas dari cengkeraman lawan
  • *Pelanggaran berat (keikoku) adalah pelanggaran yang dapat dikenai sanksi dan teguran keras. Judoka yang melakukan pelanggaran ini akan dikurangi nilainya sebesar setengah angka. Dua pelanggaran kecil memungkinkan dikenainya sanksi yang sama.

Contoh pelanggaran-pelanggaran berat:
  • *Mengunci lengan lawan (kansetsu waza) di manapun selain di sikut
  • *Menarik lawan yang tergeletak menengadah ke atas di lantai dan kemudian membantingnya kembali
  • *Seorang judoka melakukan tindakan berbahaya apapun yang bertentangan dengan jiwa judo.
Pelanggaran serius (hansoku make) adalah pelanggaran yang dapat membuat seorang judoka didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran yang sangat berat sehingga membahayakan baik lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan (shido) juga dapat dikenai sanksi ini.


Posisi tubuh dalam judo

Posisi tubuh yang benar merupakan bagian yang penting di dalam judo.

*Posisi duduk
Duduk bersila (seiza) Dari posisi berdiri, kaki kiri ditarik ke belakang, lalu lutut kiri diletakkan ke lantai di tempat di mana jari kaki kiri tadinya berada. Lakukan hal yang sama dengan kaki kanan, dan kedua kaki pada saat ini harus bersangga pada jari kaki dan lutut. Kemudian luruskan jari kaki sejajar dengan lantai dan pantat diletakkan di atas pangkal kaki. Letakkan kedua tangan di atas paha masing-masing sisi. Untuk berdiri, lakukan prosedur yang sama dengan cara terbalik. Memberi hormat (zarei) Dengan bersila, bungkukkan badan ke depan sampai kedua telapak tangan menyentuh lantai dengan jari tangan menghadap ke depan. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi bersila.

*Posisi berdiri
Memberi hormat (ritsurei) Berdiri dengan kedua pangkal kaki didekatkan, bungkukkan badan ke depan sekitar 30 derajat dengan telapak tangan di depan paha. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi berdiri.
Posisi alami (shizen tai) Kaki dibuka sekitar 30 cm dalam posisi natural dengan berat badan yang dibagi sama rata di kedua kaki. Istirahatkan otot bahu dan tangan. Ini adalah postur dasar dan alami judo.

*Posisi bertahan (jigo tai) Dari posisi alami, kaki dibuka lebih lebar, lutut ditekuk agar pusat gravitasi tubuh lebih turun.
Melangkah (suri ashi) Cara berjalan di dalam judo dengan cara telapak kaki menyusuri lantai untuk menjaga kestabilan. Pastikan langkahnya sama rata dan pusat gravitasi tetap di posisi yang sama agar dapat bergerak lincah ke segala arah.
Kanan-kiri (ayumi ashi): Seperti berjalan biasa, telapak kaki melewati satu sama lain ketika berjalan
Kanan-kanan (tsugi ashi): Setelah kaki pertama maju, kaki kedua yang maju tidak melebihi posisi kaki pertama

*Posisi jatuh dan berguling
Menguasai posisi ini memungkinkan untuk melindungi diri sendiri ketika dijatuhkan atau dibanting lawan dan mengurangi ketakutan ketika dilempar oleh lawan.
Jatuh ke belakang (ushiro ukemi) Kaki disatukan dan tangan juga disatukan, jatuhkan punggung ke matras dengan tangan lurus di samping tubuh dan telapak tangan menyentuh lantai untuk menahan jatuh. Lindungi bagian belakang kepala dengan menyentuhkan dagu ke tubuh.
Jatuh ke samping (yoko ukemi) Dari posisi berdiri, jatuhkan diri ke belakang, angkat kedua kaki satu persatu, kemudian angkat kedua tangan di depan tubuh. Berguling ke kanan (atau kiri) matras dengan kepala tetap dilindungi agar tidak menyentuh lantai. Kemudian tahan tubuh dengan tangan dan telapak tangan kanan (atau kiri).
Jatuh ke depan (mae ukemi) Jatuhkan diri ke depan dengan kedua telapak tangan di depan muka, sikut ditekuk. Jatuh tertelungkup dengan ditahan oleh kedua tangan, badan diluruskan, otot perut dikencangkan, dan tahan tubuh dengan ditahan oleh kedua tangan dan jari kaki (lutut diangkat).
Berguling ke depan (mae mawari ukemi) Berguna pada saat dilemparkan oleh lawan. Dari posisi berdiri, kaki kanan dimajukan telapak tangan kiri disentuhkan ke lantai. Bahu kanan kemudian dilemparkan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke belakang, ini dilakukan bersamaan dengan kedua kaki menjejak lantai dan berguling ke depan. Kedua kaki dan tangan hendaknya menyentuh lantai secara bersamaan.


Teknik Judo


Teknik bantingan judo (nage waza) dapat dibagi menjadi teknik berdiri (tachi waza) dan teknik menjatuhkan diri (sutemi waza). Teknik berdiri dibagi lagi menjadi teknik tangan (te waza), teknik pangkal paha (koshi waza), dan teknik kaki (ashi waza). Teknik menjatuhkan diri dibagi lagi menjadi teknik menjatuhkan diri ke belakang (ma sutemi waza) dan teknik menjatuhkan diri ke samping (yoko sutemi waza)
Teknik kuncian judo (katame waza) dapat dibagi menjadi teknik menahan (osae waza atau osaekomi waza), teknik jepit (shime waza), dan teknik sambungan (kansetsu waza)
Teknik menyerang (atemi waza) dengan tendangan atau pukulan bahkan dengan senjata pisau atau pedang kadang digunakan untuk latihan bagi judoka tingkatan tinggi, walaupun dalam pertandingan resmi hal tersebut dilarang (demikian pula pada saat latihan bebas (randori)

  1. *Teknik bantingan (teknik berdiri)
  2. *Sapuan lutut - hiza guruma
  3. *Jegal dari belakang - o soto gari
  4. *Jegal dari depan - 'ko uchi gari
  5. *Sapuan samping - deashi barai
  6. *Bantingan paha - uchi mata
  7. *Bantingan pangkal paha memutar - o goshi
  8. *Bantingan pangkal paha angkat - surikomi goshi
  9. *Bantingan pangkal paha sapuan - harai goshi
  10. *Lemparan bahu - seoi nage
  11. *Menjatuhkan tubuh - tai otoshi
  12. *Lemparan guling belakang - tomoe nage
  13. *Teknik kuncian (teknik berbaring)
  14. *Teknik kuncian (katame waza) disebut juga teknik berbaring (ne waza) karena teknik ini dilakukan ketika seorang judoka atau lawannya berbaring *menghadap ke atas atau ke bawah.
  15. *Kuncian pinggang - kesa gatame
  16. *Kuncian bahu - kata gatame
  17. *Kuncian empat sisi - yoko shiho gatame
  18. *Kuncian empat sisi atas - kami shiho gatame
  19. *Kuncian belakang - kataha jime
  20. *Kuncian kalung - okuri eri jime
  21. *Kuncian tangan - ude garami
  22. *Kuncian tangan silang - ude hishigi juji gatame


Pertolongan pertama judo


Seringkali di dalam pertandingan judo, seorang judoka mengalami asphyxia, di mana judoka mengalami kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Untuk itu, judo telah mengembangkan suatu pertolongan pertama untuk mengembalikan kesadaran mereka yang terkena asphyxia atau aspiksia. Hal ini dapat terjadi jika kuncian yang dilakukan terlalu kuat sehingga lawan berhenti bernapas sesaat. Orang tersebut segera memerlukan pertolongan darurat di tempat.




(Sumber: Wikipedia)
Readmore →

Rabu, 09 Oktober 2013

Beberapa Tempat Wisata Di Tokyo, Jepang



Bangkit dari puing-puing bom atom Amerika pada Agustus 1945, Jepang adalah negara yang melesat maju, menyangkal anggapan bahwa negara itu akan lumpuh dan tenggelam pada keterpurukan. Pariwisata Jepang juga ikut maju dan menjadi salah satu hal menarik di Jepang.

Siapa yang tak mengenal Jepang sekarang? Ia  menjadi kekuatan baru dunia di bidang tekhnologi. Bukan itu saja, Jepang juga merupakan negara eksotis dengan berbagai potensi wisata yang memanjakan mata. Pariwisata Jepang menjadi salah satu faktor pendukung kemajuan negara ini.

Dunia pariwisata depang adalah bagian yang digarap dengan serius oleh pemerintah setempat sehingga menjadi sumber devisa negara yang luar biasa. Dan, Tokyo sebagai kota besar pertama Jepang, menjadi primadona baru pariwisata dunia. Tempat pariwisata Jepang pun mulai banyak dikunjungi oleh masyarakat dunia.

Berikut ini adalah beberapa tempat pariwisata Jepang yang bisa dijadikan pilihan ketika waktu libur keluarga tiba:


1. ASAKUSA KANNON TEMPLE
Assakusa Kannon Temple merupakan kuil tertua di Yokyo yang dibangun sebagai tempat bernaung patung Kannon, Dewi yang murah hati dalam kepercayaan Budha. Menurut legenda setempat, patung itu ditemukan oleh nelayan yang sedang melaut, dan tiba-tiba patung itu tersangkut di jaringnya.

Kuil Asakusa  adalah lokasi pariwisata Jepang yang cukup favorit dikunjungi turis mancanegara maupun lokal. Ada dua gerbang yang harus di lalui sebelum tiba di altar utama yang terbuat dari emas. dan di dalamnya tersimpan patung Kannon, yaitu:

  • Kaminarimon, Gerbang Dewa Petir. Adalah pintu masuk utama kuil. Terdapat lentera merah besar, dan dipercaya sebagai penanda yang memisahkan kehidupan fana dan ke-Tuhanan.
  • Askusafountain, lebih kecil dari gerbang Dewa Petir dan berfungsi sebagain akses menuju altar utama. Di sini, para pengunjung melakukan ritual mencuci tangan dan mulut sebagai bentuk penyucian jasmani sebelum memasuki kuil.


2. KASAI RINKAN SUIZOKUEN

Kasai Rinkan Suizokuen adalah salah satu akuarium besar yang terdapat di kota Tokyo yang dikelola langsung oleh pemerintah. Pariwisata Jepang yang satu ini dikenal juga dengan nama Tokyo Sea Life Park. Bangunan megah yang jika dipandang dari luar terlihat seperti kubah kaca ini pertama kali dibangun pada tahun 1989, dan terus mengalami penyempurnaan.




Konsep Tokyo Sea Life Park mengingatkan kita pada wahana Sea World di Ancol, sebuah wisata laut yang memungkinkan kita menikmati ikan-ikan laut berenang bebas di depan mata. Bedanya, Tokyo Sea Life Park berbentuk lingkaran seperti donat. Sensasi keindahan Tokyo Sea Life Park bukan saja pada design keindahan manusia, tetapi juga alam. Dari taman ini, pengunjung juga bisa menikmati sunset.

Tokyo Sea Life Park terdiri dari dua bagian bangunan, gedung utama dan bagian air tawar. Bermacam-macam jenis ikan, mulai dari ikan perairan dangkal hingga ikan laut dalam, bahkan ikan tuna dan hiu bisa ditemukan di sini. Daya tarik pariwisata Jepang ini dilengkapi dengan bagian landai menyerupai pantai yang memungkinkan pengunjung menyaksikan langsung keindahan laut dari permukaannya. Juga dilengkapi dua karang yang di huni aneka burung pantai.

Wisatawan yang ingin menikmati pesonanya hanya cukup berjalan kaki sekitar lima menit dari stasiun Kasai Rinkai Koen. Stasiun ini berjarak 15 menit perjalanan dari Stasiun Tokyo dengan Keiyo Line.


3. HARAJUKU STREET

Harajuku adalah salah satu jalan di Tokyo yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya anak muda, dan mengingatkan kita pada objek wisata Malioboro di Yogyakarta. Pesona utama Harajuku terletak pada sekelompok anak muda yang berdandan aneh, bergaya menyerupai tokoh anime (komik), atau lebih dikenal dengan istilah cosplay.




Cosplay bisa ditemukan pada hari minggu atau saat berlangsung even tertentu. Tepatnya di sekitar pintu masuk Meiji Shrine, di dekat jembatan penyebrangan Yoyogi Olympic Stadium.
Di luar itu, sangat sulit menemukan keunikan cosplay karna para pemuda itu mungkin sedang sibuk bekerja atau sekolah. Jadi, jika anda ingin menyaksikan pertunjukan yang hanya dimiliki pariwisata Jepang ini sebaiknya datanglah pada hari minggu.

Tidak ada lokasi pariwisat Jepang yang spesifik di Harajuku, karena pesona Harajuku terletak di keramaian pengunjungnya yang didominasi anak muda, dan menampilkan bermacam-macam talenta. Kalaupun ada, objek wisata yang bisa dirujuk adalah:

A. Meiji Shrine
Sebuah kuil tua yang terletak di belakang stasiun Harajuku, merupakan peninggalan sejarah dari zaman Kaisar Meiji. Saat ini, kuil tersebut masih digunakan untuk peribadatan dan upacara pernikahan. Nilai sejarah yang terkandung pada tempat ini menjadi daya tarik tersendiri.



B. Takeshita Dori
Sederetan toko penjual pakaian, pernak-pernik, kosmetik, makanan, dan laim-lain. Tempat ini paling ramai dikunjungi. Bahkan di akhir pekan, pengunjung harus berdesak-desakan. Anda bisa memuaskan hasrat berbelanja di tempat ini.



C. Meiji Dori
Pusat belanja di Harajuku. Dibandingkan Takeshita Dori, toko-toko di sini lebih luas dan dilengkapi fasilitas yang nyaman. Letaknya di ujung perempatan Omotesando. Meiji Dori menjadi kunjungan utama para Shpaholic.





D. Omotesando
Para shopaholic yang fanatik branded mungkin kurang terpuaskan dengan Meiji Dori, karena itu mereka bisa beralih ke Omotesando. Di tempat ini anda akan bisa menemukan barang-barang bermerk, seperti Louis Vitton, Chanel, Prada, dan sebagainya.






4. TOKYO DISNEYLAND

  

Siapa yang tidak mengenal Disneyland . Tokyo Disneyland terletak di kota Urayasu, Chiba, sebenarnya sudah berada di luar kota Tokyo. Tempat ini ramai dikunjungi wisatawan lokal sepanjang tahun, baik dewasa maupun anak-anak. Beberapa wahana bisa ditemukan di sini:

  • World Bazzar, tempat toko-oko dan restoran berada.
  • Adventureland, are petualangan dengan Pirates of the Caribbean dan Jungle Curise sebagai atraksi populer.
  • Westernland, dengan sensasi perjalanan kereta yang mendebarkan menyusuri tambang-tambang tua di dunia para koboi.
  • Fantasyland, dengan taman bersimbol Cinderella Castle, dengan daya tarik perjalanan melintasi Gothik dan dihuni Haunted Mansion.
  • Toontown, dengan sensasi kota Disney seperti rumah Minnie, Dale's Tree, Goofy's Bounce House, dll.
  • Tomorrowland, dengan sensasi petualangan ruang angkasa.


Untuk mencapai Tokyo Disneyland, anda bisa mengambil jalur kereta api JR Keiyo dari Stasiun Tokyo ke Stasiun Maihama.

Naaahh, selamat menikmati keindahan kota Tokyo beserta tempat pariwisata Jepang lainnya. Masih banyak tempat wisata lainnya yang dapat anda kunjungi di sana, dan di Jepang pada umumnya.
Readmore →